Jumat, 06 Januari 2012

Bintang...


Lagi-lagi aku menghabiskan sabtu malamku di tempat ini. Kebiasaan baruku yang membuatku tak pernah melupakan kenangan itu. Aku memang terbiasa bersantai-santai di sini, melihat bukit di sebrang bukit ini, melihat laut dari atas bukit ini dan merasakan keramahan angin yang selalu menyapaku. Tapi tidak dengan sabtu malam. Hanya sebatas sore yang kuhabiskan untuk menikmati pemandangan yang menyegarkan mataku ini. Tapi semua menjadi berbeda ketika si tampan itu tiba-tiba menyapaku suatu sore. Dan dia tak pernah bertanggung jawab atas apa yang telah ia lakukan hingga aku semakin menyukai tempat ini.
“Hai, kamu mau pulang?” tanyanya tiba-tiba ketika aku hendak mengambil sepedaku.
Aku hanya mengangguk sambil tetap mengambil sepedaku, tetapi si tampan itu mencegah.
“Tunggu sebentar lagi, ada pemandangan yang lebih bagus setelah lewat magrib. Kamu pasti suka.” Katanya saat itu. Aku tak percaya, aku berpikir si tampan itu orang jahat. Aku mulai panik, si tampan tetap memegang sepedaku kemudian tersenyum dan berkata lagi,
“Ngga usah takut, aku bukan orang jahat ko. Aku hanya sering sekali melihatmu akhir-akhir ini di sini. Aku rasa kamu terhipnotis dengan indahnya tempat ini, seperti aku. Makanya aku mau memperlihatkan yang lebih indah”. Aku sama sekali tak mengerti jalan pikiran orang ini, kenapa dia banyak bicara sekali? Padahal aku tak pernah kenal dia. “Aku Bintang, namaku Bintang. Sebentar lagi kamu akan melihat taburan bintang di depan matamu. Siapa namamu?” Ia menambahkan. Otakku sepertinya tak bekerja dengan baik saat itu, sulit sekali mencerna kata-katanya. Dalam pikiranku taburan bintang yang dimaksud adalah akan banyak orang-orang seperti bintang yang akan berkunjung ke tempat ini. Tempat ini akan ramai sebentar lagi, lalu apa bagusnya dari keramaian? Aku membatin. Tanpa jawaban darinya, tiba-tiba saja aku mengerti apa yang di maksud dengan taburan bintang. Hari mulai gelap, lampu-lampu jalan dan rumah mulai menyala. Terlihat sangat indah dari atas bukit ini. Seperti taburan bintang! Aku tersenyum-senyum sendiri sambil tetap memandang lurus ke taburan bintang bohongan itu.
“Gimana? Bener kan? Indah banget kan? Sekarang kamu percaya kan kalo aku bukan orang jahat? Jadi siapa namamu?” Bintang memecahkan lamunanku.
“Eh, oh, eemm.. aku starly”. Jawabku tergagap.
“Unik, namanya unik. Mungkin artinya sama dengan namaku. “ katanya sambil melempar senyum memikatnya. Aku mengangguk sambil berkata, “Namamu juga unik.”
“Aku mau menunjukan hal lebih indah lagi ke kamu, kapan kamu ulang tahun?” tanyanya tiba-tiba.
“EH?” aku bingung.
“Iya, kapan kamu ulang tahun?”
“Minggu depan, 9 Januari.”
“oh ya? Ko bisa sama ya? Nama mirip, tanggal lahir kita juga sama. Aneh”. Aku Cuma bengong, tak tahu harus percaya atau tidak. “Kalo gitu kita bertemu lagi ya minggu depan, tapi kamu datangnya agak malam aja, aku mau nyiapin semuanya dulu. Kita rayain ulang tahun bareng-bareng”. Lanjutnya, dan aku hanya mengangguk sambil tersenyum.
Seminggu setelah kejadian itu, tepatnya di hari ulang tahun kami, aku menepati janjiku untuk datang ke bukit agak malam meskipun langit tampak mendung. Sesampainya aku di Bukit, aku tak menemukan Bintang. Di sana hanya ada lilin-lilin yang disusun berbentuk bintang dengan kotak berbentuk bintang pula di tengahnya. Aku menunggu, karena ku pikir mungkin Bintang sedang ke WC. 10 menit kulewati, 20 berlalu, 30 menit aku mulai resah. Kutunggu hingga satu jam akhirnya, Bintang tetap tak tampak. Aku berinisiatif bertanya pada ibu warung dekat situ.
“Permisi bu, liat cowo tinggi, putih, rambutnya berdiri-diri ngga bu? Yang nyusun-nyusun itu?” tanyaku sambil menunjuk apa yang kumaksud.
Si ibu tampak ragu, tapi kemudian berkata “Bintang? Tadi Bintang sempat ke sini mau pinjam korek. Tapi sebelum ibu kasih koreknya Bintang tiba-tiba saja pingsan. Terus supirnya langsung bawa dia ke mobil, sepertinya kerumah sakit.”
Aku tak bisa bicara apa-apa. Lama aku terdiam kemudian aku bertanya lagi, “Ibu punya nomor telepon Bintang, atau nomor siapa saja yang berhubungan dengan dia?” si Ibu menggeleng, aku kecewa. Hujan mulai turun saat itu, menghilangkan bintang-bintang di langit. Tetapi taburan bintang bohongan tetap ada dan tetap bagus dimataku. Aku bergegas membereskan lilin-lilin dan mengambil kotak berbentuk bintang. Ku buka kotak itu, terlihat kalung perak begitu indah dengan bandul berbentuk bintang juga. Semua serba bintang. Ada kertas terlipat, ku buka dan ku baca.
“Ini untuk starly, semua kusiapkan untukmu hari ini. Jangan bingung kenapa semua serba bintang. Aku hanya berharap, jika aku tak  pernah kembali, kamu tetap mengingatku. Starly = Bintang. Slamat ulang tahun. “
Tak terasa air mataku menetes bercampur dengan air hujan yang juga jatuh di pipiku. Aku pulang dengan perasaan yang campur aduk. Dan hari ini, tepat setahun setelah Bintang menghilang. Aku tak pernah tahu tentangnya, tapi aku tak pernah bisa melupakan si tampan itu. Dimana pun ia berada, aku berharap dia baik-baik saja dan tetap bersinar memikat seperti namanya dan namaku.

Kamis, 05 Januari 2012

tatakan inguss, katanya...

Wwooooaaahhh...
UAS akhirnya beres juga, semester 7 segera berakhir. Tapi beban makin berat. Heeuu..

KP gue apa kabar, terus gimana dengan TA gue...??? aaazzzz.. lupakan..lupakan.. kita cerita2 aja duluu, setelah ini baru kita mulai lagi! (nonton drama korea, maen farm frenzy 3, sama tidur__dodol!)

Ngga tau kenapa ya, semalem gue keingetan tentang ini. Kisah masa kecil gue. Gue ngakak sendirian di kamar tuh, untung kaga ada yang ngeh, bisa disangka gila gue. 

Jadi gini, suatu hari (ciee,,kaya mau dongeng), malam-malam, gue beserta sepupu gue (lupa waktu itu sama siapa aj, apa sama Diki, esar, atau sama deta dinda_pokony sepupu gue ajah!) dan mamahnya Diki sedang duduk2 diteras. Tiba-tiba mamahnya Diki ngajak tebak2an. 
"Hayo, kita tebak-tebakan!" mamahnya mulai. 
Gue sama Diki cuma bilang "Ayo"
"Bagian tubuh kita yang mana yang ngga ada namanya tapi ada gunanya?kalo tau tunjuk bagian itu" 
Gue sama sepupu2 mikir tuh, dan mulai sotoy.  Mulai nunjuk keteklah, dagulah, kelopak matalah. Pokonya nunjuk semua bagian yang udah ada namanya.

"Nyerah ngga niih???Kalo nyerah mau di tunjuk ni"
Kita masih ngeyel dan terus nunjuk2 apa aja yang bisa ditunjuk. Si mamah gregetan kayanya,
"Udah ya, mau mamah tunjuk niih..." Akhirnya kita nyerah dan si mamah menunjukk.................................

Si mamah Menunjuk........



Si mamah menunjuk........


(udah tegang blm?hehe)


Si mamah menunjuk bagian tubuh yang ada di bawah hidung, di atas bibir. Tempat para kumis nangkring. dan biasa di sebut suing kalo ada bekas jaitan. Kita semua melongo, bingung.

"Ini ngga ada namanya kan? padahal ini ada gunanya." kita ngangguk2 sambil komat kamit "Apaaan"
"Mau tau ngga ini gunanya apa?"
"Apa?" Kita penasaran.
"Ini tuh TATAKAN INGUS, hehehe"

"Ha??" masih pada bengong aja tuh.

Konyol banget dah ah,.

Bagi yang ngga ngerti tatakan ingus itu apaan, silakan buka kamus keluarga Amalia.
:D

Daaah....
:P