Lagi-lagi aku
menghabiskan sabtu malamku di tempat ini. Kebiasaan baruku yang membuatku tak
pernah melupakan kenangan itu. Aku memang terbiasa bersantai-santai di sini, melihat
bukit di sebrang bukit ini, melihat laut dari atas bukit ini dan merasakan
keramahan angin yang selalu menyapaku. Tapi tidak dengan sabtu malam. Hanya sebatas
sore yang kuhabiskan untuk menikmati pemandangan yang menyegarkan mataku ini. Tapi
semua menjadi berbeda ketika si tampan itu tiba-tiba menyapaku suatu sore. Dan dia
tak pernah bertanggung jawab atas apa yang telah ia lakukan hingga aku semakin
menyukai tempat ini.
“Hai, kamu mau pulang?”
tanyanya tiba-tiba ketika aku hendak mengambil sepedaku.
Aku hanya mengangguk sambil
tetap mengambil sepedaku, tetapi si tampan itu mencegah.
“Tunggu sebentar lagi, ada
pemandangan yang lebih bagus setelah lewat magrib. Kamu pasti suka.” Katanya saat
itu. Aku tak percaya, aku berpikir si tampan itu orang jahat. Aku mulai panik, si
tampan tetap memegang sepedaku kemudian tersenyum dan berkata lagi,
“Ngga usah takut, aku bukan
orang jahat ko. Aku hanya sering sekali melihatmu akhir-akhir ini di sini. Aku rasa
kamu terhipnotis dengan indahnya tempat ini, seperti aku. Makanya aku mau memperlihatkan
yang lebih indah”. Aku sama sekali tak mengerti jalan pikiran orang ini, kenapa
dia banyak bicara sekali? Padahal aku tak pernah kenal dia. “Aku Bintang,
namaku Bintang. Sebentar lagi kamu akan melihat taburan bintang di depan
matamu. Siapa namamu?” Ia menambahkan. Otakku sepertinya tak bekerja dengan
baik saat itu, sulit sekali mencerna kata-katanya. Dalam pikiranku taburan
bintang yang dimaksud adalah akan banyak orang-orang seperti bintang yang akan
berkunjung ke tempat ini. Tempat ini akan ramai sebentar lagi, lalu apa
bagusnya dari keramaian? Aku membatin. Tanpa jawaban darinya, tiba-tiba saja
aku mengerti apa yang di maksud dengan taburan bintang. Hari mulai gelap, lampu-lampu
jalan dan rumah mulai menyala. Terlihat sangat indah dari atas bukit ini. Seperti
taburan bintang! Aku tersenyum-senyum sendiri sambil tetap memandang lurus ke
taburan bintang bohongan itu.
“Gimana? Bener kan? Indah banget
kan? Sekarang kamu percaya kan kalo aku bukan orang jahat? Jadi siapa namamu?”
Bintang memecahkan lamunanku.
“Eh, oh, eemm.. aku starly”. Jawabku
tergagap.
“Unik, namanya unik. Mungkin
artinya sama dengan namaku. “ katanya sambil melempar senyum memikatnya. Aku
mengangguk sambil berkata, “Namamu juga unik.”
“Aku mau menunjukan hal lebih
indah lagi ke kamu, kapan kamu ulang tahun?” tanyanya tiba-tiba.
“EH?” aku bingung.
“Iya, kapan kamu ulang tahun?”
“Minggu depan, 9 Januari.”
“oh ya? Ko bisa sama ya? Nama mirip,
tanggal lahir kita juga sama. Aneh”. Aku Cuma bengong, tak tahu harus percaya
atau tidak. “Kalo gitu kita bertemu lagi ya minggu depan, tapi kamu datangnya
agak malam aja, aku mau nyiapin semuanya dulu. Kita rayain ulang tahun
bareng-bareng”. Lanjutnya, dan aku hanya mengangguk sambil tersenyum.
Seminggu setelah
kejadian itu, tepatnya di hari ulang tahun kami, aku menepati janjiku untuk datang
ke bukit agak malam meskipun langit tampak mendung. Sesampainya aku di Bukit,
aku tak menemukan Bintang. Di sana hanya ada lilin-lilin yang disusun berbentuk
bintang dengan kotak berbentuk bintang pula di tengahnya. Aku menunggu, karena
ku pikir mungkin Bintang sedang ke WC. 10 menit kulewati, 20 berlalu, 30 menit
aku mulai resah. Kutunggu hingga satu jam akhirnya, Bintang tetap tak tampak. Aku
berinisiatif bertanya pada ibu warung dekat situ.
“Permisi bu, liat cowo tinggi,
putih, rambutnya berdiri-diri ngga bu? Yang nyusun-nyusun itu?” tanyaku sambil
menunjuk apa yang kumaksud.
Si ibu tampak ragu, tapi
kemudian berkata “Bintang? Tadi Bintang sempat ke sini mau pinjam korek. Tapi sebelum
ibu kasih koreknya Bintang tiba-tiba saja pingsan. Terus supirnya langsung bawa
dia ke mobil, sepertinya kerumah sakit.”
Aku tak bisa bicara
apa-apa. Lama aku terdiam kemudian aku bertanya lagi, “Ibu punya nomor telepon
Bintang, atau nomor siapa saja yang berhubungan dengan dia?” si Ibu menggeleng,
aku kecewa. Hujan mulai turun saat itu, menghilangkan bintang-bintang di
langit. Tetapi taburan bintang bohongan tetap ada dan tetap bagus dimataku. Aku
bergegas membereskan lilin-lilin dan mengambil kotak berbentuk bintang. Ku buka
kotak itu, terlihat kalung perak begitu indah dengan bandul berbentuk bintang
juga. Semua serba bintang. Ada kertas terlipat, ku buka dan ku baca.
“Ini
untuk starly, semua kusiapkan untukmu hari ini. Jangan bingung kenapa semua
serba bintang. Aku hanya berharap, jika aku tak
pernah kembali, kamu tetap mengingatku. Starly = Bintang. Slamat ulang
tahun. “
Tak terasa
air mataku menetes bercampur dengan air hujan yang juga jatuh di pipiku. Aku pulang
dengan perasaan yang campur aduk. Dan hari ini, tepat setahun setelah Bintang
menghilang. Aku tak pernah tahu tentangnya, tapi aku tak pernah bisa melupakan
si tampan itu. Dimana pun ia berada, aku berharap dia baik-baik saja dan tetap
bersinar memikat seperti namanya dan namaku.